Minggu, 19 Agustus 2007

Soal Lingkar Pinggang

SEMPAT ada anggapan, berbadan gemuk menandakan kesehatan, gizi tercukupi, bahkan jadi lambang kemakmuran.

Berbadan gemuk memang tidak ada salahnya, apalagi jika diselaraskan pola hidup sehat, gemar berolahraga,makan-makanan bergizi seimbang, menghindari makanan cepat saji yang berkolesterol tinggi, dan menghindari rokok dan alkohol. Namun, itu semua tampaknya sedikit sulit dilakukan. Apalagi, mereka yang hidup di kota besar seperti Jakarta. Rutinitas yang padat, kemacetan di jalan,plus polusi udara, membuat pola hidup sehat semakin lama ditinggalkan.

Makanan cepat saji, rokok, dan alkohol akrab dalam rutinitas sehari- hari.Kontrol terhadap makanan berkurang,olahraga pun makin jarang bahkan nyaris tidak pernah dilakukan,akibatnya obesitas pun menghampiri. Bagaimana seseorang dianggap obesitas? Menurut Direktur Pusat Jantung Nasional dr Aulia sani, seseorang yang disebut obesitas itu bisa dilihat dari ukuran lingkar pinggang.“Pada pria yang menderita obesitas biasanya lingkar pinggangnya lebih dari90cm,sedangkanpadawani wanita biasanya lingkar pinggangnya lebih dari 80 cm,” papar Aulia Sani ketika dihubungi SINDO.

Selain mengukur lingkar pinggang, hal lain yang bisa juga dilakukan dengan penghitungan menurut body mass index atau indeks massa tubuh (IMT),yaitu berat badan (kg) dibagi tinggi badan kuadrat. Jika hasilnya lebih dari 25 kg/m2, orang tersebut dianggap sebagai obesitas. Ahli gizi IPB Prof Ali Khomsan memberi contoh pada orang dewasa yang bisa dikatakan obesitas, misalkan tinggi 1,6 meter dengan berat badan lebih dari 65 kg,orang tersebut sudah bisa dikatakan kegemukan atau obesitas. Sebab, jika dihitung berdasarkan IMT akan didapat hasil 25,40 kg/m2.

“Obesitas pada orang dewasa bisa disebabkan asupan kalori yang masuk ke tubuhnya lebih dari kebutuhan per harinya.Jika normalnya per hari seseorang membutuhkan sekitar 2.500 kalori, pada orang obesitas, kalorinya lebih dari 2.500,”paparnya. Selain itu, tambah dia,kegemukan juga dipicu kurang latihan/ olahraga atau kurang gerak sehingga kalori lebih yang diasup tadi tidak keluar menjadi energi.Pada akhirnya menyebabkan kegemukan atau obesitas. Pola makan tidak sehat, yang terlalu banyak mengkonsumsi lemak, serta seringnya ngemil, juga disebut Prof Ali sebagai penyebab obesitas. (mg-7)

Sukses Menjadi Konsultan Kesehatan Bersama Farida Ningsih Seorang Leader Melilea Konsultan Call: 021-73888872

Mengenal dan Mengendalikan Asma

ASMA atau yang sehari-hari dikenal dengan bengek atau mengi,merupakan salah satu penyakit kronis terbanyak pada saluran napas yang dapat sembuh spontan maupun dengan pengobatan, baik secara sempurna maupun sebagian.

Di seluruh dunia, terdapat sekitar 300 juta orang penderita asma dan angka itu masih akan terus meningkat,terutama pada anak-anak.Di Indonesia sendiri,penderita asma didapatkan berkisar pada angka 5–6% penduduk, sebanyak 10% di antaranya merupakan asma berat yang sering memerlukan penanganan darurat. Asma adalah suatu penyakit yang timbul karena adanya proses peradangan atau inflamasi kronik pada saluran napas. Dengan demikian, penderita asma dapat memberikan gambaran klinis berupa episode batuk berulang, suara napas ngikngik (mengi), dada terasa tegang, dan kesulitan atau sesak bernapas, terutama pada malam sampai pagi dini hari.

Reaksi awal pada asma sering kali timbul pada 15–30 menit pertama,setelah terpapar benda asing (alergen), berupa rasa sesak yang datang tiba-tiba diikuti reaksi asma lambat,yang terjadi dalam 6–12 jam kemudian. Reaksi asma lambat ini dapat berlangsung untuk beberapa hari. Pada prinsipnya, asma diderita orangorang dengan dasar bawaan bersifat alergi (atopi). Dengan begitu, mudah bereaksi terhadap paparan alergen,yakni proses peradangan di saluran napas akan menetap, walaupun gejala-gejala asma sudah menghilang.

Benda-benda atau kondisi yang dapat mencetuskan terjadinya serangan asma, antara lain debu rumah, makanan tertentu,bulu binatang,jamur,tepung sari bunga,obat-obatan,bahan-bahan tertentu dari lingkungan kerja. Selain itu, polusi udara,perubahan cuaca atau kelembapan udara, pengawet atau pewarna/penyedap makanan, stres fisik maupun psikis, serta infeksi terutama di saluran napas. Saluran napas pada orang atopi bersifat sangat peka atau hipersensitif terhadap sebagai akibat proses peradangan yang ada, saat dinding saluran napas akan menjadi sembab dan saluran napas menyempit serta terisi riak atau lendir dalam jumlah banyak.

Perkembangan bidang kedokteran yang pesat membuat penanganan asma saat ini sudah sedemikian maju, dengan adanya obat-obatan yang dapat meredakan maupun mengendalikan gejala.Maka itu, para penderita asma sangat mungkin hidup nyaman tanpa ada episode serangan berulang yang berat dan penggunaan obat seminimal mungkin.Kunci utama dari penanganan asma adalah “pencegahan”agar asma selalu dalam keadaan terkontrol, yaitu menghindari kontak dengan faktorfaktor pencetus serangan, menggunakan obat sesuai jenis, indikasi, dosis, cara, dan waktu pemberiannya.

Di samping itu, melakukan pencegahan dini mulai bayi––semenjak dalam kandungan. Salah satu metode yang digunakan dalam pengendalian asma adalah imunoterapi (debu rumah dan tepung sari bunga) agar tingkat kepekaan penderita asma berkurang. Itu dilakukan melalui penggunaan alergen dengan dosis tertentu yang disuntikkan atau dalam bentuk tablet dan diletakkan di bawah lidah,bahan tumbuhtumbuhan (phylantus n), probiotik (lactobacillus dan bifidobacterium), dan imunisasi BCG yang diberikan sebulan sekali selama tiga kali berturut-turut sebagai imunomodulator (meningkatkan daya tahan tubuh terhadap alergi dan infeksi), yang dapat diulang selang waktu enam bulan sampai satu tahun kemudian.★

Prof Dr EA Datau SpPD-KAI FAAAI Divisi Alergi & Imunologi Klinik Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi/RSU Prof Dr RD Kandou Manado-Sulawesi Utara

Sukses Menjadi Konsultan Kesehatan Bersama Farida Ningsih Seorang Leader Melilea Konsultan Call: 021-73888872

Kamis, 16 Agustus 2007

Jantung Koroner Penyebab Kematian Nomor Satu di Dunia

YOGYAKARTA - Tahun 2020 diperkirakan penyakit jantung koroner merupakan penyakit penyebab kematian dan kecacatan nomor satu di dunia. Bahkan penyakit kardiovaskuler ini akan mengakibatkan kematian 25 juta penderita setiap tahunnya.

Hal ini dikemukakan oleh Prof dr Bambang Irawan Martohusodo, SpPD-KKV, SpJP (K), FIHA dalam Pidato Pengukuhan Guru Besar di Bali Senat UGM, Senin (13/8/2007). Bambang Irawan mengatakan tahun 1990-an memang penyakit infeksi dan malnutrisi adalah penyebab kematian utama di dunia.

Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan pola hidup secara bertahap penyakit jantung koroner mulai meningkat, dan diramalkan pada tahun 2020 merupakan penyebab kematian paling tidak satu dari tiap tiga kematian.

“Diramalkan pada tahun 2020 mendatang penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian dan kecacatan nomor satu di dunia,” kata Bambang.

Lebih lanjut Bambang mengatakan berbagai faktor yang dinilai masih menjadi penyebab terjadinya jantung koroner ini antara lain kebiasaan merokok, penyakit diabetes yang tidak terkontrol, hipertensi, kenaikan kolesterol dan trigliserid dalam darah, kurang olah raga, stress psikis, dan kegemukan. Namun demikian faktor ini masih bisa diubah dan dikontrol untuk menurunkan risiko terbentuknya plak di pembuluh darah koroner.

“Mau tidak mau pada dasarnya jantung koroner hanya bisa dicegah dengan mengontrol faktor risiko yang masih bisa diubah itu,” katanya.

Bambang Irawan menegaskan upaya pencegahan jantung koroner ini tidak hanya diperlukan tenaga media saja, kerja sama dengan penderita, niat yang kuat dari penderita, kesadaran keluarga dan lingkungan sangat penting untuk keberhasilannya. Penyuluhan pada masyarakat lewat media apa saja juga sangat penting untuk menyadarkan masyarakat betapa bahayanya penyakit jantung koroner dan pentingnya usaha pencegahan secara awal agar tidak terkena serangan jantung di kemudian hari.

“Dicantumkannya peringatan mengenai bahaya merokok merupakan salah satu usaha pemerintah ikut berpartisipasi di dalam pencegahan penyakit jantung koroner tersebut,” tutur Bambang.

Sukses Menjadi Konsultan Kesehatan Bersama Farida Ningsih Seorang Leader Melilea Konsultan Call: 021-73888872

Jauhkan Depresi pada Ibu Hamil

JAKARTA – Mengapa amat penting menjaga agar ibu yang sedang mengandung jangan sampai mengalami depresi? Tidak lain karena adanya perubahan hormon pada ibu hamil secara keseluruhan sehingga sering merasa kesal, jenuh atau sedih.

Selain itu, keadaan fisik yang berubah saat hamil sering kali menimbulkan depresi bagi para ibu. Menjelang usia kehamilan tertentu, ibu mengalami kesulitan tidur. Ini tentu menyebabkan si ibu keesokan harinya akan merasa amat letih, ada lingkaran hitam di mata, dan kulit muka menjadi kusam.

Tiffani Field PhD dari Universitas of Miami Medical School mengungkapkan, adanya pengaruh antara ibu yang depresi dan anak yang dilahirkannya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama 20 tahun, dia menemukan bahwa ibu yang mengalami depresi berat akibat perubahan mood atau perubahan fisik selama kehamilan, akan melahirkan anak yang memiliki kadar hormon stres tinggi. Selain itu, aktivitas otak yang peka terhadap depresi dan perubahan suasana hati, menunjukkan sedikit ekspresi dan mengalami gejala depresi lain, seperti sulit makan dan tidur.

Berbahaya lagi, bila gejala-gejala depresi pada bayi baru lahir tidak segera ditangani, anak berkembang menjadi anak yang tidak bahagia. Mereka sulit belajar berjalan, berat badan kurang, dan tidak responsif terhadap orang lain. Bila keadaan ini tetap tidak ditanggulangi, anak akan tumbuh menjadi balita yang depresi. Saat mulai sekolah, mereka mengalami masalah tingkah laku, seperti agresif dan mudah stres.
Tiffani juga menyebutkan bahwa penyebab depresi pada ibu hamil bisa dipicu oleh adanya masalah-masalah pada kandungan seperti kandungan lemah, sering muntah pada awal kandungan, dan masalah-masalah lain yang bisa menyebabkan depresi. Ibu akan terus-menerus mengkhawatirkan keadaan anak dan ini akan membuat dia merasa tertekan.

Depresi dapat pula dialami setelah sang ibu melahirkan bayinya. Di Amerika Serikat, sekitar 30% dari ibu yang baru melahirkan diduga mengalami depresi pascamelahirkan.

Ibu dan anak yang mengalami depresi harus mendapatkan pertolongan para profesional. Diperlukan konsultasi dengan dokter anak dan psikolog anak. Makin cepat pertolongan diberikan, makin besar kemungkinan anak akan tumbuh normal. Terapi lainnya, seperti pijat, juga terbukti baik untuk mengatasi depresi, baik bagi anak maupun ibu. Tapi, ini pun harus dengan pengawasan dari dokter.

Yang penting, Tiffani menyarankan, upaya penyembuhan ini harus dilakukan pada ibu dan bayi. Jangan hanya bayi yang diterapi, sementara ibu dibiarkan makin terpuruk dalam depresi atau sebaliknya. Ibu dan bayi harus bekerja sama untuk mengatasi depresinya. Ayah pun harus berperan aktif dalam membantu penyembuhan orang-orang terdekat ini.

Di sini, peran suami terhadap ibu yang sedang mengandung dan setelah melahirkan amat besar. Ibu hamil harus mendapatkan dukungan yang sebesar-besarnya dari suami. Dukungan suami ini bisa ditunjukkan dengan berbagai cara, seperti memberi ketenangan kepada istri, membantu sebagian pekerjaan istri atau sekadar memberi pijatan ringan bila istri merasa pegal.

Diharapkan, dengan dukungan total dari suami, istri dapat melewati masa kehamilannya dengan perasaan senang dan jauh dari depresi yang dapat berakibat sama terhadap anak yang di kandungnya.

Pada saat bayi yang ditunggu sudah lahir, peran suami yang sekarang menjadi seorang ayah tentu diharapkan menjadi semakin aktif. Ayah dan ibu harus berbagi tugas dalam mengasuh dan merawat si kecil. Jangan sampai semua perawatan bayi diserahkan ke ibu. Ini bisa membuat ibu depresi karena fisiknya belum pulih setelah melahirkan, ditambah kelelahan baru dalam merawat si buah hati.

Sukses Menjadi Konsultan Kesehatan Bersama Farida Ningsih Seorang Leader Melilea Konsultan Call: 021-73888872

Selasa, 14 Agustus 2007

Tips Mengatasi Masalah Perut Buncit

Tips Mengatasi Masalah Perut Buncit

Aduh!! Perut sudah buncit. Itulah…dulu tak jaga betul2. Sekarang menyesal tak sudah. Iyalah..orang lain pakai baju apa saja pun serba kena, tapi kita pakai baju macam mana pun serba tak kena. Kecuali T-Shirt labuh atau apa saja pakaian yg bersaiz XL atau lebih teruk XXL. Kalau pakai Jeans pun tak muat! Selalu sendat di perut sehingga nampak menggelembung. Sebenarnya perut buncit dialami oleh banyak orang disebabkan faktor diet yg tidak betul dan juga gaya hidup.Jangan risau. Anda bukan keseorangan mengalami masalah ini. Di sini ada cara untuk mengatasi atau mengurangkannya.

Minum Banyak Air

Jika perut penuh disebabkan oleh penyimpanan air, anda sebenarnya dapat mengurangi masalah tersebut dengan minum air lebih banyak. Hal ini akan mencairkan konsentrasi sodium dalam tubuh sehingga meningkatkan jumlah air yang keluar dari sistem tubuh.

Minum lebih banyak air juga menjamin fungsi hempedu efektif untuk mengeluarkan bahan toksin.. Jangan mengubah pengambilan air saat diet kerana banyak bahan yang sulit dicerna dan dapat menyebabkan perut menggelembung.

Mengurang Pengambilan Garam

Jangan makan gelojoh kerana ketika anda menelan terlalu cepat, udara tertahan dalam usus dan membentuk gas yang dapat mengakibatkan penggelembungan perut.

Duduk ketika makan dan kunyah makan secara perlahan-lahan. Makanan yang tidak terkunyah menjadi bahagian-bahagian kecil tidak dapat dicerna dengan sempurna yang kemudian menghasilkan banyak gas yang menimbulkan penggelembungan.

Makan perlahan-lahan

Terlalu banyak garam dalam diet menambah ektra sodium terhadap cairan tubuh yang memperlambat mekanisme sehingga mendorong air keluar dari sel. Akibatnya perut terasa penuh dan menggelembung.

Pengambilan Serat

Serat adalah elemen penting dalam diet, tetapi untuk mengimbangi penyimpanan air yang menyebabkan penggelembungan, makanlah serat dalam buah-buahan seperti epal dan pear yang memiliki banyak kandungan air.

Awasi Ubat-Ubatan

Perut yang mengembang adalah efek sampingan dari pengambilan ubat.Aspirin kadang-kadang menyebabkan masalah perut yang mengakibatkan sembelit dan penggelembungan, termasuk pil kontrasepsi.

Hindari Sembelit

Sembelit didefinisikan sebagai memiliki lebih sedikit dari tiga kali buang air besar dalam seminggu atau jika terlibat ketegangan. Akibatnya perut terasa bertambah besar. Untuk merangsang isi perut, tingkatkan pengambilan serat dari buah-buahan dan sayuran, amalkan secara berterusan untuk menghindari fermentasi dan pengeluaran gas yang berlebihan.

Bersenam

Olahraga atau bersenam akan membantu menggerakkan cairan dalam perut yang dapat menyebabkan perut besar dengan mendorongnya keluar dari jaringan dan masuk aliran darah dimana akan dikeluarkan sebagai peluh atau dibawa ke hempedu untuk dikeluarkan sebagai air urine. Senaman yang disarankan seperti aerobik.

Jangan lupa berdoa dan makan-makanan organik

Sukses Menjadi Konsultan Kesehatan Bersama Farida Ningsih
Seorang Leader Melilea Konsultan Call: 021-73888872

Sabtu, 11 Agustus 2007

ASI makanan bayi Ajaib

Sudah tidak dapat dpungkiri lagi bahwa ASI merupakan mukjizat dari Tuhan yang diberikan kepada umatnya melalui ibu yang menyusui bayinya dengan ASI. ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi, baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. Dan pemberian ASI selama 1 jam pertama dalam kehidupannya dapat menyelamatkan i juta nyawa bayi.

Mengapa 1 jam pertama ?
Berkaitan dengan pentingnya ASI dalam 1 jam pertama maka dianjurkan sesegera mungkin meletakkan bayi yang baru dilahirkan pada dada ibunya dan membiarkannya selama 30 – 60 menit. Kontak dari kulit ke kulit segera setelah lahir dan menyusu sendiri setelah satu jam pertama kehidupan itu sangat penting karena pada jam pertama bayi menemukan payudara ibunya merupakan awal suatu life sustaining breastfeeding relationship antara ibu dan bayi menyusui.
Ibu tidak perlu takut bayi akan kedinginan, karena saat bayi berada di dada ibu, dada ibu akan menstransfer kehangatan pada sang bayi. Namun suhu ruangan tidak kurang dari 27 o C , mereka akan saling menghangatkan. Bayi berkurang stres, lebih tenang, pernafasan dan detak jantung lebih stabil; bayi memperoleh kolostrum sebagai minuman pertama; dan sentuhan tangan, mulut dan kepala bayi serta isapan pada payudara merangsang produksi Oxytocin. Oxytocin menyebabkan kontraksi rahim, merangsang hormon lain yang menyebabkan ibu merasa senang dan relaks, serta merangsang aliran ASI dalam payudara ke mulut bayi.

Mengapa ASI Eksklusif ?
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberikan makanan lain walaupun hanya air putih sampai bayi berusia 6 bulan.

Stadium ASI

ASI stadium I
ASI stadium satu adalah kolostrum. Kolostrum merupakan cairan yang pertama dikeluarkan/disekresi oleh kelenjar payudara pada 4 hari pertama setelah persalinan. Komposisi kolostrum ASI setelah persalinan mengalami perubahan. Kolostrum berwarna kuning keemasan disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup. Kolostrum merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang membersihkan mikonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI. Hal ini menyebabkan bayi sering defekasi dan feces berwarna hitam. Jumlah energi dalam kolostrum hanya 56 Kal /100 ml kolostrum dan pada hari pertama bayi memerlukan 20 – 30 CC.
Kandungan protein pada kolostrum lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan protein dalam susu matur, Sedangkan kandungan karbohidratnya lebih rendah dibandingkan ASI matur.

ASI stadium 2
ASI stadium 2 adalah ASI peralihan. ASI ini diproduksi pada hari ke-5 sampai hari ke-10. jumlah volume ASI semakin meningkat tetapi komposisi protein semakin rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang semakin tinggi, Hal ini untuk memenuhi kebutuhan bayi karena aktifitas bayi yang mulai aktif dan bayi sudah mulai beradaptasi dengan lingkungan. Pada masa ini pengeluaran ASI mulai stabil.

ASI stadium 3
ASI stadium 3 adalah ASI matur. Yaitu ASI yang desekresi pada hari ke –10 sampai seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai 6 bulan. Setelah 6 bulan bayi mulai dikenalkan dengan makanan pendamping selain ASI.

Komposisi zat gizi dalam kolostrum, ASI dan PASI
Kandungan zat gizi dalam kolostrum, ASI dan PASI (pengganti air susu ibu) memiliki komposisi yang berbeda. Kandungan protein dalam kolostrum jauh lebih tinggi dari pada ASI. Hal ini menguntungkan bayi yang baru lahir karena dengan mendapat sedikit kolostrum ia sudah mendapat cukup protein yang dapat memenuhi kebutuhan bayi pada minggu pertama.

Karbohidrat
Karbihdrat dalam ASI berbentuk laktosa yang jumlahnya berubah-ubah setiap hari menurut kebutuhan tumbuh kembang bayi. Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7:4 sehingga ASI terasa lebih manis dibandingkan dengan PASI. Hal ini menyebabkan bayi yang sudah mengenal ASI dengan baik cenderung tidak mau minum PASI. Dengan demikian pemberian ASI akan semakin sukses. Hidrat arang dalam ASI merupakan nutrisi yang penting untuk pertumbuhan sel syaraf otak dan pemberi energi untuk kerja sel-sel syaraf. Selain itu karhidrat memudahkan penyerapan kalsium mempertahankan factor bifidus di dalam usus (faktor yang menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya dan menjadikan tempat yang baik bagi bakteri yang menguntungkan) dan dan mempercepat pengeluaran kolostrum sebagai antibody bayi.

Protein
Protein dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan PASI. Namun demikian protein ASI sangat cocok karena unsur protein didalamnya hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernan bayi yaitu protein unsur whey. Perbandingan protein unsur whey dan casein adalam ASI adalah 80:40, sedangkan dalam PASI 20:80. Artinya protein pada PASI hanya sepertiganya protein ASI yang dapat diserap oleh sistem pencernaan bayi dan harus membuang dua kali lebih banyak protein yang sukar diabsorpsi. Hal ini yang memungkinkan bayi akan sering menderita diare dan defekasi dengan feces berbentuk biji cabe yang menunjukkan adanya makanan yang sukar diserap bila bayi diberikan PASI.

Lemak
Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat jumlahnya. Lemak dalam ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi dan hal ini terjadi secara otomatis. Komposisi lemak pada lima menit pertama isapan akan berbeda dengan 10 menit kemudian, Kadar lemak pada hari pertama berbeda dengan hari kedua dan akan terus berubah menurut perkembangan bayi dan kebutuhan energi yang diperlukan. Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang dibutuhkan oleh sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna karena mengandung enzim lipase. Lemak dalam bentuk Omega 3, Omega 6, dan DHA yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan sel-sel jaringan otak. Susu formula tidak mengandung enzim, karena enzim akan mudah rusak bila dipanaskan. Dengan tidak adanya enzim, bayi akan sulit menyerap lemak PASI sehingga menyebabkan bayi lebih mudah terkena diare. Jumlah asam linoleat dalam ASI sangat tinggi dan perbandinganya dengan PASI yaitu: 6:1. Asam linoleat adalah jenis asam lemak yang tidak dapat dibuat oleh tubuh yang berfungsi untuk memacu perkembangan sel syaraf otak bayi.

Mineral
ASI megandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya relatif rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan. Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan mudah diserap dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Dalam PASI kandungan mineral jumlahnya tinggi, tetapi sebagian besar tidak dapat diserap hal ini akan memperberat kerja usu bayi serta menganggu keseimbangan dalam usus dan meningkatkan pertumbuhan bakteri yang merugikan sehingga mengakibatkan kontraksi usus bayi tidak normal. Bayi akan kambung, gelisah karena obstipasi atau ganguan metabolisme.

Vitamin.
ASI mengandung vitamin yang lengkap yang dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai 6 bulan kecuali vitamin K, karena bayi baru lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin K.


Sumber: dari berbagai macam sumber

Sukses Menjadi Konsultan Kesehatan Bersama Farida Ningsih Seorang Leader Melilea Konsultan Call: 021-73888872

Kamis, 09 Agustus 2007

Anti Oksidan Makin Populer

Anti Oksidan Makin Populer

Konsumsi telur sebagai salah satu makanan yang mengandung protein tinggi terus meningkat, setiap tahunnya sekitar enam persen. Akibatnya, telur organik yang memberikan suplemen lebih, seperti antioksidan dan betakaroten, menjadi pilihan baru bagi konsumen telur.

Ketua Asosiasi Pelaku Agribisnis Organik Indonesia (Aspaindo) Jawa Barat Eddy Soekwanto mengatakan, kebutuhan telur sebagai menu makanan pokok masyarakat relatif tinggi, dari pada daging ayam. Selain harganya lebih murah, kandungan gizinya juga mencukupi.

Akan tetapi, karena masyarakat mulai menyadari pentingnya kesehatan dan berupaya terhindar dari serangan penyakit, kebutuhan suplemen mulai menjadi prioritas. Salah satunya adalah kebutuhan antioksidan yang diyakini bisa mengurangi potensi terserang penyakit kanker dan tumor.

”Kebutuhan itu dijawab dengan telur ayam kampung yang mengandung antioksidan, terutama betakaroten, dengan kandung vitamin A. Mulai banyak konsumen yang mengonsumsi telur berantioksidan ini,” kata Eddy, yang juga Direktur PT Farming Jaya, produsen telur dan ayam organik, Kamis (21/9).

Eddy mengakui, harga telur organik berantikoksidan itu lebih mahal dari pada telur ayam kampung biasa. Harga telur ayam kampung per butir sekitar Rp 800-Rp 1.000, sedangkan telur organik dijual Rp 1.500 per butir (harga dari produsen). Telur itu pun hanya dijual dengan harga butiran, bukan kiloan.

Mahalnya harga yang dibayar konsumen itu karena kandungan suplemen yang terdapat di dalam satu butir telur, antara lain omega-3 sebesar 214,23 miligram, betakaroten 380 migrogram, serta EPA (eicosapentaenoic acid) dan DHA (decosahexaenoic acid), sejenis asam lemak yang berguna bagi perkembangan otak dan retina, sebanyak 91,09 miligram. Penyebab lainnya, biaya produksi telur organik yang menerapkan teknologi biofermentasi ini juga lebih mahal.

Hingga kini, permintaan pasar terhadap telur organik terus meningkat. ”Enam bulan lalu, permintan telur berantioksidan ini hanya 20.000 per bulan, sekarang sudah 60.000 butir per bulan. targetnya, hingga akhir tahun nanti, produksi telur bisa mencapai 200.000 butir per bulan,” kata Eddy.

Penjualan telur organik ini, baru sebatas beberapa supermarket di Bandung dan Jakarta, kebanyakan 80 persen daerah pemasarannya ada di Bandung. Diperkirakan, permintaan telur yang juga rendah kolesterol ini bakal diminati masyarakat kota, terutama kalangan menengah atas.


Sukses Menjadi Konsultan Kesehatan Bersama Farida Ningsih Seorang Leader Melilea Konsultan Call: 021-73888872

Berani Jadi Popeye

Enak Juga Jadi “Popeye”


Sekarang gaya hidup sehat sudah jadi tren. Sungguh keren ketika kita memutuskan menjadi vegetarian atau memilih hanya makan sayuran organik. Belum pernah mencoba? Menarik, kok. Simak dulu sebelum mulai.

You are what you eat, apa yang kita makan akan menentukan siapa kita. Pengaruh makanan memang sangat besar terhadap kesehatan serta kebugaran tubuh, bahkan pada kecantikan dan kemudaan kita.

Gracia (33), penulis, sudah dua tahun menjadi vegetarian. Keputusannya ini diambil ketika ia mulai sering mengeluh mual-mual ketika mengonsumsi daging. “Sejak jadi vegetarian tubuh saya jadi lebih enteng dan bugar. Tapi saya bukan vegetarian murni, lho, karena saya juga masih mengonsumsi susu dan telur untuk kebutuhan protein dalam tubuh,” urainya.

Jika Gracia memilih menjadi vegetarian untuk hidup lebih sehat, maka Melly Manuhuttu memilih mengonsumsi makanan organik. Tak hanya sayuran, bahkan ayam dan telur pun ia pilih yang organik. “Makanan organik membuat saya merasa aman, karena tidak ada bahan-bahan kimia yang masuk ke dalam tubuh,” katanya.

Menurut Fransisca Rungkat, ahli gizi dari IPB, memang ada dua hal yang bisa diupayakan untuk hidup lebih sehat, yaitu menu makanan yang seimbang dan meminimalisir masuknya bahan-bahan kimia ke dalam tubuh.

Hewani vs Nabati

Mengonsumsi sayuran dan kacang-kacangan, memang lebih sehat daripada daging-dagingan, karena tingkat kolesterolnya rendah bahkan tidak ada sama sekali. Kolesterol hanya terdapat pada produk hewani, seperti daging, telur, atau susu.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa makanan yang kaya akan karbohidrat kompleks dan rendah kandungan lemaknya adalah resep yang paling baik untuk mengontrol diabetes. Selain itu riset terhadap vegetaris menunjukkan bahwa tingkat kematian akibat kanker hanya 1/2 sampal 3/4 dibandingkan populasi umum.

Namun, bukan berarti Anda lantas tidak boleh makan daging, lho. Menurut Fransisca, yang penting Anda mengonsumsi makanan dengan seimbang, yang mengandung protein, karbohidrat, lemak, serat, vitamin dan mineral. Jika salah satu kurang, protein misalnya, maka Anda akan mudah sakit dan kulit menjadi cepat tua lantaran pergantian sel-sel baru berjalan lambat.

Boleh juga kok makan junk food. “Semua makanan baik, yang penting berapa banyak Anda memakannya. Makan hamburger, fried chicken, chips, dan sebagainya, tidak ada salahnya, asal diimbangi dengan makanan sayuran,” sarannya.

Organik atau Konvensional

Pestisida yang digunakan untuk membunuh hama dan serangga pada sayuran adalah bahan kimia yang terlarang masuk ke dalam tubuh. Begitu juga bahan kimia lainnya yang dipakai untuk menghancurkan alang-alang, yaitu gramisida. “Bahan ini bisa membunuh daun, maka bisa juga membunuh sel kita, karena daun itu mirip dengan tubuh kita,” jelas Fransisca.

Alasan itulah yang membuat orang tertarik mengonsumsi produk organik. Sayuran organik terbukti mengandung zat antioksidan 10-50 persen di atas sayuran non-organik. Dalam publikasi Coronary and Diabetic Care di Inggris, dan Association of Primary Care Groups and Trust disebutkan bahwa membiasakan diri mengonsumsi makanan organik bermanfaat mengurangi asupan bahan kimia beracun ke dalam tubuh, menyetop kemungkinan masuknya sel-sel produk pertanian hasil rekayasa genetika yang sampai kini belum diketahui bahaya dan akibatnya terhadap kesehatan, meningkatkan asupan nutrisi bermanfaat, juga menurunkan risiko kanker, penyakit jantung koroner, alergi dan hiperaktivitas pada anak-anak.

Dari segi penampilan sih sayuran organik sangat tidak menarik. Biasanya daunnya bolong-bolong karena dimakan hama, dan bentuknya lebih kecil dari sayuran non-organik. Tidak mulus.

Saat ini sayuran organik masih terbilang jauh lebih mahal, bisa 3-4 kali lipat harga sayuran mulus. Bila membeli sayuran organik membuat kantong merana, maka Anda bisa tetap mengonsumsi sayuran biasa dengan syarat, “Cuci bersih sayuran dan buah dengan sabun. Kemudian, rendam selama 5 sampai 10 detik ke dalam air panas, setelah itu baru dimasak,” saran Fransisca

Sukses Menjadi Konsultan Kesehatan Bersama Farida Ningsih Seorang Leader Melilea Konsultan Call: 021-73888872

Apakah Produk Organik Mahal ?

BANDUNG, KOMPAS--Harga produk pertanian organik masih lebih mahal dibandingkan anorganik. Bila ingin harganya lebih terjangkau, produksi pertanian organik harus ditingkatkan.

Meski demikian, peningkatan produksi itu terkendala karena antusias petani yang rendah dan belum adanya lembaga sertifikasi resmi untuk komoditas organik.

Kepala Seksi Panen dan Pemasaran Produk Primer Dinas Perkebunan Jabar, Iyus Supriatna, Rabu (6/9), mengatakan, harga produk pertanian organik memang lebih mahal. Harga produk organik bisa lebih tinggi 50 persen. Apalagi, bila produk sudah mendapatkan sertifikat organik Standar Nasional Indonesia (SNI), harganya bisa melonjak menjadi 10 kali lipat.

Sertifikat SNI itu bernomor 01-6729-2002 Tentang Sistem Pangan Organik. Perusahaan yang sudah memenuhi SNI untuk produk organik yaitu PT Perkebunan Nusantara VIII. Contohnya, teh Walini yang harganya mencapai Rp 30.000 per kemasan isi 50 gram. Harga produk anorganik biasanya hanya sekitar Rp 3.000 per kemasan dengan berat sama.

Meski harganya tinggi dan lebih sehat, peningkatan produktivitas produk organik tidaklah mudah. Sebab, antusias para petani terhadap produk organik belum setinggi tanaman anorganik. Pasalnya, ketersediaan unsur hara dari pupuk organik sangat lama. Produktivitas bisa berjalan normal setelah lahan diberi pupuk organik selama dua sampai tiga tahun.

Menurut Iyus, mahalnya harga produk organik disebabkan permintaan yang tinggi tetapi persediaan barang terbatas. Produksinya setiap tahun pun cenderung stangnan. Hasil produk organik dari Jabar setiap tahun sekitar 500 ton per tahun.

Jumlah itu hanya mampu memenuhi kebutuhan pasar sekitar 40 persen. Mahalnya produk organik juga disebabkan cara distribusinya yang tidak boleh dicampur dengan barang anorganik karena dikhawatirkan terkontaminasi bahan kimia.

Sukses Menjadi Konsultan Kesehatan Bersama Farida Ningsih Seorang Leader Melilea Konsultan Call: 021-73888872

Mendorong Pengembangan Produk Organik

Produk pangan yang ditanam dengan sistem organik saat ini mulai banyak dijumpai di pasaran, meski jumlahnya masih sedikit dibanding produk non organik. Menanggapi ini, Bali Organic Association (BOA) mengupayakan untuk mengembangkan produk pertanian organik sebagai produk hilir.

“Jika sekarang petani mulai menggunakan sistem pertanian organik, tinggal mengajak mereka lebih kreatif dengan mengolah apa yang mereka tanam. Dengan pola pengembangan di bagian hilir ini, diharapkan pendapatan petani bisa lebih baik,” kata Ketua BOA, Dr Ni Luh Kartini, dalam peluncuran produk olahan pertanian organik di Denpasar, Senin (15/5).

BOA merintis sistem pertanian organik sejak 1997. Dengan merangkul petani di beberapa daerah seperti Nusa Penida di Klungkung, Pemuteran di Tabanan, dan Pelaga di Badung, sekarang berkembang penanaman padi, palawija, sayur-sayuran, jambu mete dan buah-buahan tanpa pupuk kimia. Penjualan hasil tanaman itu, diakui Kartini, masih terkendala oleh kurangnya promosi dan kontinuitas produk.

Dalam upaya meningkatkan kualitas hidup petani, saat ini BOA bekerjasama dengan petani melalui penyuluhan dan pendampingan tentang pemanfaatan hasil pertanian.

Sekarang selain menjual hasil tanaman berupa padi dan sayuran organik, petani mulai diajak mengembangkan sirup dari alang-alang, secang, ubi ungu dan beberapa macam buah. Selain itu mereka juga mengembangkan penganan seperti keripik dari buah nangka. Kesemuanya ditanam dengan sistem organik.

Sukses Menjadi Konsultan Kesehatan Bersama Farida Ningsih Seorang Leader Melilea Konsultan Call: 021-73888872

Apa Itu Makanan Organik ?

Amerika Serikat menetapkan standar, apa yang disebut organik adalah makanan yang "100% organik" dan "organik" (untuk yang setidaknya 95%) diproduksi tanpa hormon, antibiotik, herbisida, insektisida, pupuk kimia, radiasi untuk mematikan kuman, atau tanaman/ hewan yang mengalami modifikasi genetis (GMO, genetically modified organism).

Tanaman organik memakai pupuk kandang dan mengharamkan pestisida. Dipanen sesuai ketentuan, sebulan ya sebulan. Jika pakai pupuk kimia bisa panen lebih cepat, dan hasil produknya lebih besar. Petani mengolah sendiri pupuk kompos atau humus, dan untuk mengusir hama digunakan strategi penyilangan atau dikombinasi dengan daun bawang.

“Sayur organik lebih garing, lebih manis dan rasanya lebih alami,” ujar Stevan Lie. “Cabe dan kemangi lebih pedas, dan ketimun lebih kecil tapi lebih banyak airnya,” timpal Hariyanto.

Walau tubuh kita memiliki ginjal, liver, dan sebagainya yang berfungsi sebagai penyaring dan pembuang racun, “Tapi kalau perangkat tubuh itu terus-terusan dipaksa bekerja keras karena kita mengonsumsi makanan tak sehat, lama-lama jebol juga,” tambah Stevan.

Ia sarankan tindakan preventif, jangan setelah terkena penyakit baru berobat. Ongkosnya lebih mahal. Jika dua hari kita konsumsi makanan tak sehat, kita masih punya lima hari untuk menjaga baik-baik pola makan. Syukur jika akhirnya selama seminggu makan makanan sehat.

Lagi pula, karena tak merusak tanah dalam jangka panjang, beda dengan pupuk kimia, maka tanaman organik disebut tanaman masa depan. “Di Jepang dan Amerika Serikat konsumennya fantastis. Kalangan tertentu tak sudi lagi mengonsumsi makanan nonorganik, yang mereka sebut makanan konvensional,” imbuh Hariyanto bersemangat.

Hanya, karena kuantitas produksinya tak bisa banyak, maka harganya menjadi lebih mahal. Bukankah kesehatan kini menjadi barang mahal?

Sukses Menjadi Konsultan Kesehatan Bersama Farida Ningsih Seorang Leader Melilea Konsultan Call: 021-73888872

Kalau Mau Murah Ya Pilih Yang Organik !

DALAM dunia konsumsi, sering kali terdengar ramalan bahwa barang konsumsi yang akan selalu unggul dan laku di pasaran adalah segala yang berkaitan dengan fashion, food (makanan), fun (kesenangan), dan health (kesehatan).

INDUSTRI sering kali menyikapinya dengan kecerdikan tersendiri demi menggenggam benak konsumennya. Produk organik, misalnya, dengan mengusung gagasan kesehatan, secara berkesinambungan mulai tampak berhasil merebut benak masyarakat konsumsi, sekalipun harganya bisa begitu mahal.

Beragam produk organik pertanian lokal saat ini marak meramaikan gerai-gerai penjualan di berbagai supermarket di kota-kota besar di Indonesia. Tak hanya sayuran dan buah-buahan, belakangan juga muncul ayam, telur kampung, dan susu organik. Produk organik tersebut mengklaim bebas pestisida, pupuk kimia, hormon pertumbuhan, dan benih transgenik. Sedangkan pestisida dan pupuk kimia, misalnya, diyakini menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, termasuk pencemaran lingkungan yang merusak ekosistem.

Namun, sering kali untuk sesuatu yang bermutu bisa dijustifikasi dengan harga mahal. Sementara menjadi sehat adalah hak setiap orang. Ucapan "ada mutu, ada harga" tidak selamanya tepat, terlebih untuk produk pertanian organik.

"Produk pertanian organik justru ongkos produksinya bisa jauh lebih rendah daripada produk pertanian konvensional sehingga harga tidak harus mahal," kata Herningsih Prihastuti, petani organik skala kecil di kawasan Puncak.

Petani yang menjalankan pertanian organik tidak lagi perlu membeli pupuk kimia, pestisida, dan bibit. Pupuk organik diperoleh tidak harus dengan membeli, namun justru harus dengan memanfaatkan limbah hasil pertanian. Sementara penanggulangan hama dilakukan dengan sistem polikultur, rotasi tanaman, dan ramuan pestisida alami. Bibit pun mereka peroleh dari hasil pertanian sendiri, bukan terpaksa harus membeli dari industri bibit. "Jadi, nilai harga suatu produk bisa lebih dikontribusikan untuk petani atau petani penggarapnya," kata Herningsih.

Lalu mengapa produk pertanian organik lokal di toko swalayan bisa demikian mahal?

Hal ini tidak terlepas dari rantai distribusi dari produsen hingga ke konsumen. Pihak perantara, yaitu pedagang, kerap menaikkan harga atas pertimbangan psikologi konsumen. Asumsinya, konsumen organik adalah pasar yang memiliki kesadaran kesehatan tinggi sehingga dianggap sudi merogoh kocek lebih dalam. Belum lagi pertimbangan gaya hidup yang bisa membuat harga dipatok suka-suka.

Sayuran organik bisa dicirikan dari penampilannya yang bersahaja. Sayuran dan buah organik tidaklah berpenampilan mulus dan cemerlang warnanya. Bahkan tidak jarang, daun sayuran tampak bolong-bolong akibat termakan ulat. Namun, rupanya itulah ciri bahwa itu merupakan sayuran sehat. Perlu diingat, sayuran aeroponik dan hidroponik yang juga beredar di pasaran secara prinsip sangat berbeda dengan sayuran organik. Sayuran aeroponik misalnya, meski mengklaim bebas pestisida, namun produk tersebut tidak mengklaim bebas nutrisi kimia ataupun benih transgenik.

"Binatang, hama, juga ulat punya naluri tajam. Dia tidak mau sayuran yang beracun, yaitu berpestisida. Tetapi, justru manusia salah kaprah, manusia justru suka sayuran yang ulat saja tidak mau, yaitu yang berpestisida," kata YP Sudaryanto dari Pertanian Organis Pater Agatho, salah satu pionir pengembangan pertanian organik di Indonesia.

Bahkan, Herningsih mengaku saat dirinya masih bertani secara konvensional, tanaman kolnya sering disemprot pestisida yang dicampur dengan lem supaya tidak luntur oleh hujan. Produk pertanian yang telah dipanen juga kerap masih disemprot lagi dengan pestisida supaya tidak lekas busuk.

"PRODUK organik sudah telanjur tercoreng sebagai produk eksklusif, katanya sayurannya orang kaya. Padahal, filosofinya produk organik itu sendiri sangat jauh dari itu," kata Tejo W Jatmiko dari Konphalindo, organisasi nonpemerintah yang aktif mengkampanyekan produk pangan organik.

Untuk menyiasatinya, konsumen dapat mencari alternatif dengan memperoleh produk pertanian organik melalui komunitas organik. Sistem pemasaran produk organik seperti ini di Jepang disebut teikei. Hal ini sudah dilakukan sejak era tahun 1980-an oleh berbagai komunitas konsumen organik di Jakarta yang memasok dari Pertanian Organis Pater Agatho.

Dalam seminggu, pihak produsen dari pertanian Agatho misalnya akan mengirimkan berbagai produk pertaniannya ke sejumlah "pemimpin" komunitas di berbagai wilayah di Jakarta. Kemudian, para anggota komunitas tersebut yang rumahnya satu kawasan akan datang mengambil pesanan mereka. Dengan cara seperti ini harga produk pertanian yang mereka peroleh bisa sangat murah, bahkan hingga mencapai 50 persen lebih rendah dari harga produk organik di supermarket.

Hal yang sama juga diterapkan Herningsih. Selaku produsen, Herningsih kini memiliki delapan kelompok konsumen organik di wilayah Jabodetabek. Seminggu sekali setelah panen, Herningsih akan membawa turun hasil panennya dari Puncak ke rumahnya di Jakarta. Kemudian, para "pemimpin" kelompok konsumen akan datang ke rumah Herningsih untuk mengambil pesanan sayur dan buah dari para anggota kelompoknya. Para anggota kelompok itu lalu bisa mengambil pesanan mereka di rumah ketua kelompok.

Sistem harga yang diterapkan adalah harga flat, artinya tidak tergantung hukum ekonomi penawaran dan permintaan. Jadi, meski suplai sedang tipis, namun permintaan tinggi, harga produk tidak akan sontak melambung tinggi. Yang cukup mengherankan, betapa jauh rentang harga produk pertanian organik dengan sistem seperti ini. Brokoli organik bisa diperoleh dengan harga Rp 15.000- Rp 20.000 per kilo, sementara di toko swalayan harganya bisa mencapai Rp 70.000 per kilo.

Dalam model pemasaran seperti ini, tercipta relasi yang khas antara konsumen dan petani selaku produsen. Prinsip kejujuran merupakan fundamental relasi tersebut. "Pemasaran produk organik dengan cara seperti ini juga sangat terasa unsur sosialnya. Tidak sekadar demi kesehatan, komunitas konsumennya dan produsennya seolah punya filosofi yang sama dalam menghargai alam," ujar Esty Lauren, salah satu anggota komunitas yang tinggal di Ancol, Jakarta.

Untuk mengetahui kredibilitas produk organik, sertifikasi bukanlah cara mutlak untuk saat ini, di mana petani-petani kecil yang bertani organik mulai bermunculan. Petani yang tulus menjalankan pertanian organik biasanya juga akan sangat transparan terhadap produknya.

"Ketika saya baru pertama kali menjalankan pertanian organik, saya tidak langsung mengklaim produk saya organik seratus persen. Konsumen harus tahu yang sebenarnya. Boleh dibilang waktu itu masih 60 persen saja bisa disebut organik," kata Herningsih, yang kini telah memeriksakan produknya ke laboratorium biologi molekuler SEAMEO Biotrop di Bogor. (SF)

Sukses Menjadi Konsultan Kesehatan Bersama Farida Ningsih Seorang Leader Melilea Konsultan Call: 021-73888872

Makan Makanan Organik supaya Sehat

MEITY Pondaaga (57), pensiunan Citibank yang kini menjadi konsultan perbankan, sekitar empat tahun lalu mulai mengonsumsi sayuran organik.

Keputusan mencoba sayuran organik dipicu oleh tersedianya sayuran tersebut di sebuah toko swalayan. Sebelumnya dia sudah banyak membaca mengenai makanan organik dari majalah-majalah kesehatan asing.

APA yang masuk ke tubuh, semuanya ada efeknya. Obat saja ada efek sampingnya, bagaimana dengan makanan yang kita makan? (Itu) pakai pupuk apa, bahan kimia apa, pasti ada efeknya ke tubuh," kata Meity.

Apa yang kita makan katanya akan menentukan siapa kita. Ungkapan ini tentu saja tidak semata-mata menyangkut makanan apa yang kita makan, di mana kita makan, dan bagaimana kita memakan makanan itu. Pengaruh sangat jelas makanan adalah terhadap kesehatan serta kebugaran tubuh, dan sampai batas tertentu, kecantikan dan kemudaan kita.

Dengan alasan kesehatan itulah kini semakin banyak orang-setidaknya di Jakarta-yang sukarela mau merogoh kantong mereka untuk membeli makanan organik. Makanan itu juga semakin banyak ditawarkan di berbagai toko swalayan, bahkan ada restoran-restoran yang menyediakan menu khusus sayuran dan daging ayam yang diproduksi secara organik.

Meity menyebutkan, alasan mengonsumsi sayur-mayur organik sejak empat tahun lalu adalah demi kesehatan. Ayah Meity menderita sakit jantung, sementara ibunya punya penyakit darah tinggi. Meity khawatir terkena penyakit yang bisa diturunkan itu dan sangat dipengaruhi gaya hidup, yaitu antara lain makanan yang dikonsumsi, karena kedua orangtuanya penggemar olahraga.

Alasan kesehatan pula yang membuat Ny Rosalinda (39), warga di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, mulai mengonsumsi makanan organik sejak setengah tahun lalu setelah membaca artikel mengenai makanan ini di sebuah majalah kesehatan.

"Sayuran dikasih pestisida dan pupuk kimia, ayam dikasih antibiotik dan hormon, ada juga sapi edan (gila-Red), makanan kemasan pakai pewarna tekstil. Benar-benar mengerikan," kata Rosalinda yang menularkan kebiasaan barunya ini kepada dua anak dan suaminya.

Kesadaran untuk hidup sehat dengan mengonsumsi makanan organik ini bukan cuma dilakukan individu-individu. Ny Traute Christa Ongkowijaya (50), warga Kelapa Gading, Jakarta Utara, menjadi semacam ketua kelompok dari para konsumen makanan organik yang anggotanya sekitar 15 orang. Setiap hari Jumat, sayuran organik dari perkebunan milik Pater Agatho, pelopor sayuran organik di Indonesia, dikirim ke rumahnya.

"Setiap Jumat anggota datang ke rumah saya untuk mengambil sayuran itu. Jenis macam-macam, apa saja yang sedang alam berikan. Yang penting aman," kata Ny Ongkowijaya.

Ny Ongkowijaya mengatakan, alasan kesehatanlah yang membuat dia mengonsumsi sayuran organik. Jakarta, kata dia, sudah sangat terpolusi. "Jakarta kan termasuk tiga kota yang paling terpolusi di dunia. Jadi, sedapat mungkin dari makanan kita tidak semakin mencemari tubuh," kata dia.

KESADARAN untuk mengonsumsi sayuran organik ini tidak terbatas pada mereka yang sudah berusia relatif lanjut. Ibu-ibu muda dari kalangan selebriti, seperti penyanyi Lusy Rahmawati (27) dan Melly Manuhutu (29), serta pembawa acara televisi Sophie Navita (29) juga mulai rajin mengonsumsi sayuran yang mereka yakini sehat itu.

Melly mulai berkenalan dengan sayuran organik karena kebetulan dia tinggal di kawasan Ciburial, Cisarua, Jawa Barat. Di tempat tinggalnya itu dia dengan mudah mendapatkan sayuran organik yang ditanam di kebun milik Pater Agatho.

Penyanyi yang pernah hamil tetapi kemudian keguguran itu memakan beragam sayuran organik, seperti wortel, bayam, selada, lobak, labu siam, tomat, selain ubi, dan pisang. Bahkan ayam dan telur pun dia pilih yang diproduksi secara organik.

Lain lagi alasan Lusy Rahmawati yang mulai mengonsumsi sayuran organik secara teratur setelah kelahiran anak pertamanya, Keitro Jose Purnomo, yang baru berumur satu tahun.

"Makanan organik terutama untuk anakku. Aku sendiri tidak terlalu strict. Untuk anak, aku usahain sedini mungkin tidak mengonsumsi makanan dengan campuran bahan pengawet," kata istri dari sutradara film Jose Purnomo.

Awalnya Lusy masih merasakan harga sayuran tersebut mahal sehingga dia terpaksa tidak sering membeli. Tetapi, begitu hamil dan melahirkan, Lusy mulai mengonsumsi sayuran organik yang dia kenal melalui tawaran di sebuah toko swalayan di dekat rumahnya di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan. Alasan penyanyi ini karena sekarang banyak penyakit yang aneh-aneh. "Aku pikir, untuk anakku keluar biaya ekstra tidak apa-apa," papar Lusy.

Pengalaman Sophie Navita dengan sayuran organik juga berhubungan dengan kehamilannya dan ketika dia menyusui sendiri anaknya.

"Awalnya memang buat anak, tetapi akhirnya juga buat keluarga. Jadi, sekalian belanja," kata Navita yang istri dari Pongky, penyanyi kelompok musik Jikustik. "Entah sugesti atau apa, tetapi yang jelas saya merasa lebih segar dan badan lebih ringan setelah banyak mengonsumsi makanan organik," ujarnya.

Begitu juga pengusaha Setiawan Djody (55) mengaku mengonsumsi makanan organik. Dia bahkan mendukung pertanian organik melalui Yayasan Kantata yang dia dirikan 15 tahun lalu. "Saya tertarik dengan pertanian organik setelah bertemu dengan Romo Agatho. Saya kebetulan tertarik pada gaya hidup kembali ke alam," paparnya.

APA pun alasan yang disampaikan para konsumen makanan organik, entah dengan alasan kesehatan atau kembali ke alam, tetapi makanan organik meskipun perlahan semakin populer walaupun harganya berlipat sampai tiga kali dibandingkan dengan makanan non-organik.

Untuk negara dengan peraturan ketat seperti Amerika Serikat (AS), mereka telah memberlakukan sebuah standar tentang apa yang disebut organik, yaitu makanan yang "100 persen organik" dan "organik" (untuk yang setidaknya 95 persen) diproduksi tanpa hormon, antibiotik, herbisida, insektisida, pupuk kimia, tanaman/hewan yang mengalami modifikasi genetis, atau radiasi untuk mematikan kuman (Newsweek, 30/9/2002).

Kesadaran untuk mengonsumsi makanan organik pun tidak selalu sama dari masa ke masa. Ketika budaya tandingan muncul di Barat pada tahun 1970-an-yang kemudian imbasnya juga terasa di Indonesia-konsumen mengambil makan organik sebagai sebuah identitas lebih karena alasan filosofis. Maksudnya, makanan menjadi cara mereka untuk menyuarakan kepedulian mereka terhadap kondisi lingkungan, pilihan politik, bahkan spiritualitas mereka.

Akan tetapi, keadaan ini kini berbalik lebih menjadi alasan praktis, yaitu kesehatan tadi, meskipun di sini jumlah konsumennya masih dari kalangan terbatas mengingat harganya yang jauh lebih mahal tadi.

Alasan kesehatan ini pun masih menjadi pro dan kontra di negara maju seperti AS. Betul pestisida adalah racun yang dimaksudkan untuk membunuh hama penyakit yang mengganggu tanaman, dan antibiotik digunakan untuk menangkal serangan penyakit pada hewan ternak. Tetapi, mereka yang membela penggunaan teknologi-pupuk buatan, pestisida, pangan hasil modifikasi genetika-mengatakan bahwa bahaya utama datang dari bakteri seperti E coli yang terdapat pada kotoran sapi yang menjadi pupuk tanaman organik.

Namun, yang tidak dapat dimungkiri adalah semakin intensifnya penggunaan pestisida dan antibiotik pada pertanian konvensional-pertanian dengan asupan teknologi modern menjadi konvensional dibandingkan dengan pertanian organik yang sebelum munculnya Revolusi Hijau tahun 1960-an dengan teknologi modernnya adalah pertanian konvensional itu sendiri-karena munculnya masalah antara lain hama penyakit yang kebal terhadap pestisida yang ada sampai jenuhnya tanah karena penggunaan pupuk kimia terus-menerus sepanjang tahun.

Untuk lingkungan, pertanian organik dianggap lebih bersahabat terhadap lingkungan karena dia mengambil apa yang berasal dari alam dan dikembalikan ke alam seraya menjaga keragaman hayati karena tidak perlu membunuh makhluk hidup-apakah dia kutu atau serangga pemakan sayuran-secara berlebihan karena penggunaan musuh alami atau pestisida dari bahan tanaman sendiri.

Dan apabila konsumen sekarang memilih makanan organik karena alasan kesehatan, itu akan menjadi sebuah cara untuk ikut memperbaiki lingkungan, sepanjang memang diproduksi dengan cara yang benar-benar organik.

Buat Ny Meity, keyakinan bahwa makanan organik yang dia konsumsi membuatnya lebih sehat adalah hal yang terpenting. "Saya sekarang juga tidak pernah sakit yang berat- berat, paling-paling hanya flu. Tetapi, secara umum saya suka makanan organik karena merasa safe saja," kata Meity.

Soal harga yang bisa 3-4 kali lebih mahal dibandingkan dengan harga sayuran konvensional, Meity melihat itu sebagai harga yang wajar dibayar. Kata Meity, "Daripada beli obat? Ke dokter (kalau sakit), sudah badan kita tersiksa, keluar uang banyak, badan kita kemasukan masih bahan-bahan kimia juga."

Sukses Menjadi Konsultan Kesehatan Bersama Farida Ningsih Seorang Leader Melilea Konsultan Call: 021-73888872

Dikembangkan, 10.000 Hektar Lahan Padi SRI Organik

CIANJUR, KOMPAS - Setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan panen raya varietas padi jenis System of Rice Intensification (SRI) organik di Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (30/7) pagi, disebut-sebut tahapan selanjutnya akan dikembangkan lahan seluas 10.000 hektar padi SRI ini di seluruh Indonesia.

Dana yang akan digunakan adalah bantuan beberapa bank senilai Rp 100 miliar, yang ditopang juga oleh Medco Fondation, Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Teater Sunda (DPKLTS) pimpinan Solihin GP, Yayasan Aliksa Organik SRI dan sejumlah petani Cianjur.

Demikian informasi yang diterima Kompas, Senin pagi ini di Lokasi Panen Raya Padi SRI di Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Cianjur, Jawa Barat.

Menurut informasi tersebut, saat ini lahan yang digunakan untuk mengembangkan padi SRI organik hanya seluas 7,5 hektar dengan varietas Sintanur. Nantinya, dengan padi jenis ini, akan dihasilkan tingkat produktifitas sebesar 10-12 ton per hektar. Diperkirakan untuk mencapai tambahan 2 juta ton setara beras untuk target tahun ini, diperlukan 400.000 hektar lahan padi SRI organik.

Padi varietas SR organik merupakan varietas baru yang dikembangkan untuk meningkatkan produksi padi setara sebesar 2 juta ton pada tahun ini. Disebut-sebut jenis padi ini ramah lingkungan, hemat biaya produksi dan produktivitasnya tinggi.

Konsultasi Kesehatan